| Mobile| RSS

Makan Permen Picu Perilaku Kriminal Anak

Minggu, 04 Oktober 2009 | posted in | 0 comments



Meski tidak bisa dikategorikan sebagai makanan sehat, manisnya permen sangat disukai anak-anak. Banyak orangtua yang melarang anaknya makan permen karena lebih banyak sisi buruk permen dibanding manfaatnya.


Apa saja segi buruk permen? Pertama, kandungan vitamin dalam permen sangat sedikit, nyaris tidak ada. Begitu pun juga dengan kandungan serat. Permen juga menyebabkan batuk, bikin gemuk, menimbulkan sakit gigi, menghilangkan nafsu makan, hingga membuat anak jadi hiperaktif.


Riset terbaru bahkan menyebutkan anak yang terbiasa makan permen sejak kecil, saat dewasanya cenderung memiliki perilaku kriminal. Para peneliti dari Universitas Cardiff, Wales, Inggris, yang melakukan riset ini mengamati data 17.415 anak yang lahir pada bulan April 1970 di Inggris.


Data yang diambil dari British Cohort Study itu secara rinci menyebutkan informasi kesehatan dan gaya hidup anak-anak tersebut pada periode tertentu, misalnya saat usia 5, 10, dan dewasa.


Di usia 34 tahun para responden diwawancara apakah mereka pernah melakukan tindakan kriminal. Hasilnya, 69 persen yang pernah melakukan tindakan kekerasan atau kriminal ternyata memiliki riwayat hobi makan permen di usia 10 tahun, dibandingkan dengan 42 persen yang tidak punya catatan kriminal.


Jadi, perlukah orangtua mengibarkan "bendera perang" pada permen? Tidak sepenuhnya demikian, kata Simon Moore, dosen senior dalam studi Violence and Society Research Group, Universitas Cardiff.


Moore berpendapat, kaitan antara permen dan tindakan kekerasan yang dilakukan anak terjadi karena pemberian permen atau makanan manis lain pada anak setiap harinya, membuat anak tak bisa belajar untuk menunda keinginannya. Akibatnya, anak jadi mudah bertindak impulsif.


Beberapa ahli tidak sependapat dengan teori Moore. Menurut Melinda Johnson, juru bicara the American Dietetic Association, mengatakan, kaitan antara permen dan perilaku kriminal mungkin lebih disebabkan oleh gaya hidup dan pola asuh orangtua.



"Besar kemungkinan anak-anak itu mendapatkan pola asuh yang keras dari orangtuanya di rumah. Mungkin anak-anak itu makan permen sebagai "obat" untuk mengatasi kesedihannya," kata Johnson.


Jadi, orangtua tak perlu takut memberikan permen pada anaknya selama tidak berlebihan. Selain itu, pastikan permen yang diberikan terbuat dari bahan yang sehat, tidak mengandung pewarna buatan atau formalin.(Kompas)

0 Responses So far

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Berita Terbaru

Komentar Terakhir

Popular Post

Masa

Blog Archive

Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Twitter