Proses evakuasi korban reruntuhan gedung pasca gempa, kerap menghadapi berbagai kendala di lapangan. Dari mulai sulitnya medan, minimnya peralatan, hingga curah hujan yang tinggi, seperti yang terjadi di Padang saat ini.
Dalam kondisi seperti itu kehadiran teknologi akan sangat membantu proses penyelamatan korban. Tak hanya memanfaatkan anjing dan lalat, penggunaan teknologi bernama life locator atau life detecting radar, juga bisa mempercepat upaya pencarian korban.
Life locator adalah alat yang bisa digunakan untuk melakukan pendeteksian terhadap korban yang masih bertahan. Alat ini biasanya digunakan untuk mencari korban yang selamat dari gempa bumi, tanah longsor, bencana konstruksi dalam tanah, dan bencana lainnya.
Seperti halnya perangkat pengintai tembus dinding yang kerap digunakan untuk aksi membekuk teroris atau para penjahat, perangkat life locator ini juga menggunakan sinyal Ultra Wideband.
Ultra Wideband (UWB) adalah teknologi nirkabel yang mampu mentransimisikan data digital dalam jumlah yang sangat besar melalui spektrum frekuensi yang sangat lebar dengan daya yang rendah, dalam jarak yang sangat dekat.
Tak hanya itu, kebutuhan daya yang kecil membuatnya secara teoritis tidak akan mengalami interferensi dengan sinyal lain di sekelilingnya. Sinyal UWB juga mampu membawa sinyal informasi tembus melalui rintangan-rintangan yang biasanya bersifat memantulkan sinyal narrowband (sinyal yang memiliki kapasitas data yang lebih rendah).
Namun, alat ini tak hanya menggunakan teknologi ultra wideband, melainkan juga mengkombinasikannya dengan teknologi radar dan teknologi biomedis. Oleh karenanya ia mampi mendeteksi tanda-tanda kehidupan, seperti gerak tubuh.
Ia mampu mengenali kondisi korban, apakah masih sadar, terluka, atau sedang tak sadarkan diri. Selain itu, alat ini juga mampu memprediksi secara akurat jarak dan kedalaman korban, dari lokasi alat tersebut.
Salah satu alat semacam ini yang beredar di pasaran adalah Biken-Tech SJ-3000 besutan vendor China. Alat ini sudah digunakan ketika terjadi gempa di Wenchuan China, 12 Mei 2008 lalu. Dalam 10 hari pencarian korban di berbagai puing-puing gedung TK, sekolah, kantor pemerintahan, dan pertokoan, alat ini berhasil menyelamatkan 21 nyawa manusia.
SJ-3000 terdiri dua bagian, yakni perangkat utama dan kontroler display. Perangkat utama antara lain terdiri dari antena, blok transmitter (pengirim sinyal), receiver (penerima sinyal), penyampel sinyal, sistem kontrol sinyal, serta sistem tenaga. Secara umum, bagian ini menangani emisi dan penerimaan sinyal elektromagnet untuk komunikasi dan pengolahan informasi.
Sementara bagian kontroler display berfungsi sebagai konsol display dan pengendali dari hasil pengamatan perangkat utama. SJ-3000 mampu mengukur jarak korban yang tertimbun tanah, puing batu bata, beton multilapis, hingga jarak sekitar 15 meter (dengan resolusi atau tingkat koreksi sebesar 10 cm).
Adapun teknologi biomedis dari alat ini mampu mengenali kondisi korban dalam berbagai posisi, apakah korban sedang dalam keadaan tertelungkup, berbaring miring, serta mengenali tanda-tanda vital seperti nafas dan denyut jantung. Bahkan dengan 'kepandaiannya' alat ini diklaim mampu membedakan tubuh manusia dengan tubuh binatang.
Alat sejenis ini juga telah digunakan untuk menjejaki korban gempa Tasikmalaya, maupun korban gempa Padang, di lokasi reruntuhan Hotel Ambacang. (Vivanews)
on 12 November 2009 pukul 21.19
berguna banget tuh,,secara indonesia rawan gempa..
Posting Komentar