| Mobile| RSS

Resiko Mengancam di Darah Yang Tersimpan Lama

Sabtu, 12 September 2009 | posted in , | 0 comments

Pasien yang diberikan transfusi darah yang disimpan selama 29 hari atau lebih (masih bagus dalam standard AS), dua kali lebih mungkin untuk terserang infeksi yang menular di rumah sakit dibandingkan dengan mereka yang memperoleh darah lebih baru, kata beberapa peneliti. 
Peraturan Dinas Obat dan Makanan AS mengizinkan darah disimpan sampai 42 hari sebelum harus dibuang. 
Namun para peneliti di Cooper University Hospital di Camden, New Jersey, mendapati darah yang disimpan hampir dua pekan dari tenggat itu masih mungkin bermasalah.
Para peneliti tersebut melacak 422 pasien yang dirawat di satu tempat perawatan intensif dan diberi transfusi darah dari Juli 2003 sampai September 2006. 
Kalau mereka memperoleh darah yang disimpan 29 hari atau lebih, mereka terserang infeksi saluran darah, radang paru-paru, infeksi saluran urin, infeksi katup jantung, sepsis (kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi) dan infeksi lain dengan kemungkinan dua kali lipat dibandingkan dengan pasien yang menerima darah yang disimpan paling lama 28 hari. 
Infeksi tersebut bukan disebabkan oleh darah yang sudah tercemar pada saat didonorkan, tapi disebabkan penurunan kondisi seiring berjalannya waktu, kata para peneliti itu. 
Sel-sel darah merah yang disimpan mengalami perubahan sehingga mendorong tersiarnya bahan biokimia yang disebut cytokines, yang dapat merendahkan fungsi kekebalan pasien dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi, kata para peneliti tersebut. 
"Kami bukan berbicara mengenai hepatitis, HIV atau yang lain yang ditularkan di dalam darah yang transfusikan, tapi peningkatan kerentanan terhadap infeksi sebagai akibat dari transfusi," kata Dr. David Gerber dari Cooper University Hospital, salah satu peneliti tersebut, dalam suatu wawancara telefon. 
"Ada implikasi kebijakan penting untuk ini. Transfusi masih menjadi praktek medis penting.," kata Gerber, yang temuannya disajikan pada pertemuan American College of Chest Physisians. 
Rata-rata umur darah yang digunakan dalam transfusi di AS ialah sekitar 17 hari, kata para peneliti tersebut. 
Gerber tak menganjurkan diperpendeknya kebijakan 42-hari, tapi mengatakan itu dapat mengurangi jumlah pasokan darah yang tersedia. 
"Kita hidup di dunia yang kompleks. Ada pasokan tertentu darah yang disumbangkan," kata Gerber. "Di dalam ingatan saya, saya selalu harus mempertimbangkan apa yang terjadi jika ada bencana alam atau bencana yang di luar kebiasaan, dan terjadi keregangan sangat besar pasokan dasar." 
Dr. Richard Benjamin, pemimpin staf medis untuk Palang Merah Amerika, menyatakan studi tersebut memperlihatkan perlunya data lebih lanjut mengenai dampak usia darah pada hasil yang diperoleh pasien. 
"Namun, penggunaan secara hukum transfusi darah memungkinkan prosedur medis dan operasi yang sebenarnya takkan dapat dilakukan akibat kehilangan darah. Banyak dokter dan pasien perlu mempertimbangkan potensi manfaat terhadap resiko kecil bahaya yang disebabkan oleh transfusi," kata Benjamin dalam suatu pernyataan. 
Studi tersebut bukan yang pertama mendapati masalah kesehatan pada orang yang memperoleh transfusi darah yang relatif lebih lama. 
Para peneliti di Cleveland Clinis di Ohio melaporkan pada Maret bahwa pasien operasi jantung yang menerima transfusi darah yang disimpan lebih dari 14 hari lebih mungkin untuk mengalami komplikasi termasuk masa kelangsungan hidup yang lebih singkat.(Kapanlagi)

0 Responses So far

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Berita Terbaru

Komentar Terakhir

Popular Post

Masa

Blog Archive

Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Twitter