Namanya Muhozi, dia berbulu, sedikit nakal dan tak sopan. Tapi, dia ingin menjadi teman Anda di laman jejaring sosial, Facebook.
Tenang, Muhozi bukan pacar lama anda yang ingin kembali membuka hubungan. Dia adalah gorila langka yang berasal dari pegunungan Uganda. Muhozi mulai 'go on line' sejak Sabtu 26 September 2009, dalam rangka pengumpulan dana untuk pelestarian spesiesnya.
Saat ini sekitar 340 gorila dari 740 gorila Uganda yang masih ada hidup di Taman Nasional Bwindi, Uganda, semengtara 40 lainnya hidup di beberapa suaka margasatwa di Uganda. Sementara, teman-teman Muhozi yang lain terpaksa hidup di pegunungan Vieunga di perbatasan Uganda dan Rwanda, dan bahkan di wilayah bekas peperangan di Kongo.
Kehidupan gorila Uganda terancam. Pemburu liar berkeliaran mengincar daging gorila. Pembakaran hutan untuk pertanian juga mempersempit habitat mereka. Tak hanya itu, peluru nyasar pemberontak sewaktu-waktu bisa menghentikan nyawa mereka. Gorila Uganda harus dilindungi, baik dari pemburu maupun dari senjata otomatis.
Lembaga pelestarian hewan Uganda berharap orang-orang di seluruh dunia jadi teman Muhozi di Facebook, MySpace, atau Twitter, dengan mendonasikan uangnya minimal US$ 1.
Uang tersebut tak hanya untuk Muhozi, tapi untuk mempekerjakan lebih banyak petugas untuk melindungi gorila dan mengamankan habitat mereka.
Juru bicara lembaga pelestarian hutan Uganda, Lilian Nsubuga mengatakan pihaknya berharap dengan menjadi teman Muhozi, warga dunia yang tak punya dana ke Uganda punya kesempatan untuk merasa lebih dekat dengan satwa asal Uganda, terutama gorila.
Sekitar 10.500 turis telah mengunjungi Uganda, demi melihat gorila. Para turis harus membayar US$ 500 per orang untuk masuk ke taman nasional Uganda. Tahun lalu, pemerintah Uganda mendapatkan pemasukan US$ 600 dari pariwisata, 90 persen diantaranya datang dari gorila.
"Mengapa Anda mengunjungi Roma untuk melihat reruntuhan atau Mesir untuk melihat susunan batu yang disebut piramida, padahal Anda bisa datang ke Bwindi untuk mengunjungi 'sanak keluarga' Anda," kata Menteri Pariwisata Uganda, Kahinda Otafiire.
Lho kok sanak keluarga? Kata Pak Menteri, gorila adalah saudara tua manusia. Lebih dari 95 persen gorila mirip dengan manusia. (Vivanews)
Saat ini sekitar 340 gorila dari 740 gorila Uganda yang masih ada hidup di Taman Nasional Bwindi, Uganda, semengtara 40 lainnya hidup di beberapa suaka margasatwa di Uganda. Sementara, teman-teman Muhozi yang lain terpaksa hidup di pegunungan Vieunga di perbatasan Uganda dan Rwanda, dan bahkan di wilayah bekas peperangan di Kongo.
Kehidupan gorila Uganda terancam. Pemburu liar berkeliaran mengincar daging gorila. Pembakaran hutan untuk pertanian juga mempersempit habitat mereka. Tak hanya itu, peluru nyasar pemberontak sewaktu-waktu bisa menghentikan nyawa mereka. Gorila Uganda harus dilindungi, baik dari pemburu maupun dari senjata otomatis.
Lembaga pelestarian hewan Uganda berharap orang-orang di seluruh dunia jadi teman Muhozi di Facebook, MySpace, atau Twitter, dengan mendonasikan uangnya minimal US$ 1.
Uang tersebut tak hanya untuk Muhozi, tapi untuk mempekerjakan lebih banyak petugas untuk melindungi gorila dan mengamankan habitat mereka.
Juru bicara lembaga pelestarian hutan Uganda, Lilian Nsubuga mengatakan pihaknya berharap dengan menjadi teman Muhozi, warga dunia yang tak punya dana ke Uganda punya kesempatan untuk merasa lebih dekat dengan satwa asal Uganda, terutama gorila.
Sekitar 10.500 turis telah mengunjungi Uganda, demi melihat gorila. Para turis harus membayar US$ 500 per orang untuk masuk ke taman nasional Uganda. Tahun lalu, pemerintah Uganda mendapatkan pemasukan US$ 600 dari pariwisata, 90 persen diantaranya datang dari gorila.
"Mengapa Anda mengunjungi Roma untuk melihat reruntuhan atau Mesir untuk melihat susunan batu yang disebut piramida, padahal Anda bisa datang ke Bwindi untuk mengunjungi 'sanak keluarga' Anda," kata Menteri Pariwisata Uganda, Kahinda Otafiire.
Lho kok sanak keluarga? Kata Pak Menteri, gorila adalah saudara tua manusia. Lebih dari 95 persen gorila mirip dengan manusia. (Vivanews)
Posting Komentar