| Mobile| RSS

Ponsel Jadikan Perempuan Lebih Agresif

Rabu, 23 September 2009 | posted in , | 0 comments



Di era komunikasi serba canggih, perempuan ternyata menjadi lebih agresif dalam memulai satu hubungan. Ponsel pun diyakini memegang peranan penting sebagai mediator mencari pasangan. Walah!
 
Jaman dulu, orang tua berperan besar dalam menentukan pasangan hidup anak-anaknya, terutama anak perempuan. Perjodohan ada yang diatur berdasarkan kesepakatan antar keluarga sejak anaknya masih kecil. Namun, ada pula perjodohan yang dilakukan atas dasar balas budi, yang kerap diistilahkan dengan perkawinan Siti Nurbaya.

Namun, perkembangan jaman serta derasnya aliran paham dan budaya yang masuk, membuat cara pandang dan berpikir masyarakat mulai bergeser. Sejak era 2000, perempuan berani berinisiatif memulai kontak dengan pria yang diincarnya melalui surat atau berkirim salam lewat teman.

Cepatnya pertumbuhan teknologi pun ikut ambil bagian dalam hal ini. Salah satunya adalah munculnya alat komunikasi bernama ponsel. Seiring tingginya tingkat kebutuhan dan sempitnya waktu, telepon genggam pun menjadi gadget wajib yang harus hadir dalam setiap aktivitas manusia. 

Akhirnya, ponsel pun dijadikan sebagai alat mencari pasangan sehingga muncul trend baru, yang dinamakan NUMBERITIS. Ini adalah tren yang menunjukkan kecenderungan para perempuan untuk memberi nomor telepon kepada pria yang mereka suka, secara tidak terkendali.

Hal tersebut terungkap dalam penelitian yang dilakukan Axe Research Lab pada Agustus 2009 kemarin. Dalam penelitian terhadap 342 perempuan di Jabodetabek dengan usia 16–29 tahun, terlihat perilaku perempuan masa kini dalam memandang tahap awal hubungan asmara mereka. 

Fakta pertama dari survei menunjukkan bahwa sebanyak 89% responden menganggap ponsel sangat penting dalam memulai suatu hubungan dengan pria. Ponsel dianggap sebagai medium yang sangat privat, dan menimbulkan keberanian perempuan memancarkan sinyal ketertarikan kepada sang pujaan yang diincarnya.

Meluasnya penggunaan ponsel saat ini, sekaligus menandai pergeseran dalam ‘permainan’ asmara, yaitu dari situasi selama ini yang menganggap perempuan pasif, menjadi lebih berani berinisiatif memberi sinyal-sinyal asmara. 

Terbukti, 32% responden bersedia memberikan nomor ponselnya pada pria yang diincarnya sebagai tanda bahwa mereka naksir. Angka ini hanya beda tipis dengan fakta bahwa 36% dari responden tidak keberatan memberikan nomor ponsel para pria yang baru dikenalnya. Ini adalah kabar baik bagi para pria, karena bisa dikatakan 1 dari 3 perempuan sudah berani mencuri start dalam memulai hubungan.

Hubungan biasanya dimulai dengan saling berkirim pesan pendek atau SMS (Short Message Service), yang isinya sekedar formalitas awal dan biasanya berakhir pada rayuan. Pada fase ini, perempuan mengambil peranan cukup besar, karena 36% dari responden mengaku pernah mengirimkan sinyal ‘menggoda’ lewat SMS kepada pria ‘gebetan’ nya.

Komunikasi lewat SMS memang dianggap cara awal yang cukup ampuh dalam memulai hubungan. Terindikasi dari 66% responden yang mengakui bahwa hubungan dengan pria bisa berawal dari komunikasi lewat SMS.

Setelah fase berkirim SMS usai, keintiman berlanjut ke tahap ‘ngobrol’ lewat ponsel. Perempuan menilai kalau pria sudah masuk “perangkap” tahap ngobrol di telepon, berarti ada indikasi positif dalam hubungan mereka. Hal ini diamini oleh 56% responden. 

Bahkan 68% responden mengakui sangat menikmati bermesraan dan menggoda pujaan hatinya lewat telepon. Dan, karena dianggap lebih leluasa dan lebih puas, 78% responden juga mengakui lebih menyukai bermesraan lewat ponsel daripada internet.

Di daerah khusus Jabodetabek, perempuan juga terindikasi lebih berani memainkan peran awal memulai suatu hubungan. Ponsel sangat berjasa mendorong perubahan ini. Hal ini bisa dimaklumi karena selain bersifat pribadi, perempuan tak perlu malu mengungkapkan persaannya melalui ponsel. Berbeda bila berhadapan muka dengan pria incarannya. 

Tapi jangan keburu senang dulu, karena ternyata ada lagi satu faktor utama yang menentukan mulus tidaknya acara kopi darat, yaitu masalah bau badan. Lho? Dari hasil survei, terungkap, sebanyak 90% responden baru akan meng-iyakan ajakan nge ‘date’ kalau pria pujaannya tidak bermasalah dengan bau badan.(Inilah)

0 Responses So far

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Berita Terbaru

Komentar Terakhir

Popular Post

Masa

Blog Archive

Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Twitter