RASA cinta terhadap Mbah Surip yang memiliki aliran musik Regge ternyata melekat di dalam jiwa pasangan suami istri, Indra (27) dan Rani (27), warga Uteuen Bayi, Banda Sakti, Lhokseumawe. Karena merasa sealiran musik, di samping rasa cintanya terhadap warna merah, kuning hijau, mereka terus berkreasi untuk terus melekatkan nama penyanyi “Tak Gendong” tersebut di hati warga setempat. “Fuding Mbah Surip...Pak....Buk,” begitulah teriakan pasangan suami istri yang tercatat sebagai anggota Club VW Kuta Raja kepada pengguna jalan di kawasan Lapangan Hiraq Lhokseumawe, tiap sorenya selama Ramadan. Begitu juga ketika Serambi lewat beberapa hari lalu, Indra, dengan senyum ramahnya, meskipun tidak ada gigi tengah memperlihatkan sebuah gelas plastik kecil yang ada fuding berwarna merah, kuning, hijau itu.
Gaya pasangan suami istri itu sangat sederhana, sesederhananya setiap lantunan syair lagu Mbah Surip yang sangat tenar sebelum ia meninggal dunia. Tapi begitu, selaku pencinta VW, di belakang pasangan yang juga pencinta Bob Marley itu, terparkirnya mobil VW Combi warna coklat muda. Sedangkan di depannya ada meja kecil yang telah disusun berbagai aneka warna fuding yang tentunya memiliki nama yang unik-unik. Indra sambil sibuknya melayani para pembeli silih berganti, tetap menyempatkan diri untuk bercerita kreasi mereka, hingga bisa melekatkan nama penyanyi regge Indonesia tersebut melalui menu makan tersebut. Menurutnya, menjual fudding dengan berbagai aneka nama, warna, dan rasa itu sudah menjadi rutunitas setiap Ramadan.
Begitu juga nama sejumlah menu yang telah lama diciptakan mereka, seperti fuding, Black Magic, Singkong Thailad, Grape Manggo, Bubur Pocong dan lincah meutatai. “Tapi kalau Fuding Mbah Surip memang baru tahun ini,” timpal Rani yang terlihat begitu semangat terus membungkus pesanan pembeli. Sedangkan ide hingga lahirnya fuding Mbah Surip, sebut Indra, tak lepas dari rasa sukanya terhadap gaya Mbah Surip dinilainya ramah kepada siapa saja. Di samping memang kecintaan musik mereka sama. “Dengan adanya fuding ini, sekurang-kurangnya kami bisa mengenang Mbak Surip tiap tahunnya saat membuat fuding untuk menu berbuka puasa,” ungkap Indra seraya menambahkan setiap menu dijual Rp 1.500 per bungkus atau gelas termasuk fuding Mbah Surip. (Serambinews)
Gaya pasangan suami istri itu sangat sederhana, sesederhananya setiap lantunan syair lagu Mbah Surip yang sangat tenar sebelum ia meninggal dunia. Tapi begitu, selaku pencinta VW, di belakang pasangan yang juga pencinta Bob Marley itu, terparkirnya mobil VW Combi warna coklat muda. Sedangkan di depannya ada meja kecil yang telah disusun berbagai aneka warna fuding yang tentunya memiliki nama yang unik-unik. Indra sambil sibuknya melayani para pembeli silih berganti, tetap menyempatkan diri untuk bercerita kreasi mereka, hingga bisa melekatkan nama penyanyi regge Indonesia tersebut melalui menu makan tersebut. Menurutnya, menjual fudding dengan berbagai aneka nama, warna, dan rasa itu sudah menjadi rutunitas setiap Ramadan.
Begitu juga nama sejumlah menu yang telah lama diciptakan mereka, seperti fuding, Black Magic, Singkong Thailad, Grape Manggo, Bubur Pocong dan lincah meutatai. “Tapi kalau Fuding Mbah Surip memang baru tahun ini,” timpal Rani yang terlihat begitu semangat terus membungkus pesanan pembeli. Sedangkan ide hingga lahirnya fuding Mbah Surip, sebut Indra, tak lepas dari rasa sukanya terhadap gaya Mbah Surip dinilainya ramah kepada siapa saja. Di samping memang kecintaan musik mereka sama. “Dengan adanya fuding ini, sekurang-kurangnya kami bisa mengenang Mbak Surip tiap tahunnya saat membuat fuding untuk menu berbuka puasa,” ungkap Indra seraya menambahkan setiap menu dijual Rp 1.500 per bungkus atau gelas termasuk fuding Mbah Surip. (Serambinews)
Posting Komentar